LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
“GESEKAN”
KELOMPOK III
ANGGOTA
KELOMPOK :
·
FRANDI
MARDIANSYAH RSA1C115010
·
ELSA
MARIA CRISTI RSA1C115004
·
LUTFIATUN
NISA RSA1C115005
·
SRI
WAHYUNINGSIH RSA1C115020
·
ROSTALINDA
RUMAPEA RSA1C115022
NAMA ASISTEN DOSEN :
·
TRI
INSAN MUSTAQIM A1C314004
·
SARI
MALINDA A1C314033
·
ISMAWAN
PRASETIA DEVI RSA1C313004
PROGRAM STUDY PENDIDIKAN KIMIA PGMIPA-U
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA ILMU ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2015
Judul
: Gesekan
Hari,tanggal
: senin , 02 november 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
latar
belakang
Dalam kehidupan ini benyak sekali peralata yang di gunakan untuk
mempermudah melakukan pekerjaan. Alat-alat tersebut diciptakan manusia dari
yang paling sederhana sampai yang paling rumit, seperti pesawat terbang, motor
mobil, telepon dan lain-lain. Alat yang digunakan untuk memudahkan manusia
melakukan pekerjaan atau kegiatan disebut pesawat.
Ada dua jenis pesawat yaitu pesawat sederhana dan pesawat rumit.
Pesawat sederhana adlah alat bantu kerja yang bentuknya sederhana , contohnya
tuas, bidang miring dan katrol. Pesawat rumit adala pesawat yang terdiri atas
susunan beberapa pesawat rumit, contohnya pesawat terbang, pesawat telepon,
motor, televisi dan lainnya.
Pesawat sederhana adalah segala jenis perangkat yang hanya
membutuhkan satu gaya untuk bekerja. Suatu gaya terjadi akan menyebabkan
gerakan sepanjang suatu jarak tertentu. Kerja yang timbul adalah hasil gaya dan
jarak. Jumlah kerja yang dibutuhkan untuk mencaai sesuatu bersifat konstan
walaupun demikian jumlah gaya yang dibutuhkan untuk mencapai hal ini apat
dikurang dengan menerapkan gaya yang lebih sedikit terhadap jarak yang lebih
jauh. Dengan kata lain, peningkatan jarak akan mengurangi gaya yang dibutuhkan.
Rasio antara keduanya disebut keuntungan mekanik.
Pesawat sederhan bidang miring adalah permukaan rata yang
menghubungkan dua tempat yang berbeda ketinggiannya. Contohnya, dengan dibuat
berkelok-kelok pengendara kendaraan bermotor lebih mudah melewati jalan yang
menanjak. Orang yang memindahkan drum kedalam baik truk dengan menggunakan
papan sebagai bidang miringnya. Dengan demikian drum barat yang besar ukurannya
dengan mudah dipindahkan keatas truk.
Bidang miring memiliki keuntugan yaitu kita dapat memindahkan benda
ketempat yang lebih tingg dengan gaya yang lebih kecil. Keuntungan budang
miring tergantung padapanjang landasan bidang miring dan tingginya. Semakin
kecil sudut kemiringan bidang , semakin besar atau semakin kecil gaya kuasa
yang harus dilakukan.
Namun demikian , bidang miring juga memiliki kelamahan yaitu jarak
yang di tempuhuntuk memindahkan benda menjadi lebih jauh. Prinsip kerja bidang
miring juga dapat di temukan dibeberapa perkakas. Contohnya kapak, pisau , obeg
dan lainnya. Berbeda dengan bidang miring lainnya, pada perkakas yang bergerak
adalah alatnya.
Pada saat menggunakan bidang iring itu tentu terjadi
gesekan-gesekan. Gesekan akan terjadi bila antara dua permukaan benda saling
bersentuhan satu sama lain , baik itu terhadap udara air atau pun benda padat
lainnya. Ketika sebuah benda bergerak mak apermukaan benda tersebut akan
bersentuhan dan terjadi gesekan antara kedua benda. Gaya gesekan juga selalu
terjadi antara permukaan benda padat yang bersentuhan sekalipun benda tersebut sangat
licin, akan terlihat kasar dalam skala mikroskopis. Ketika sebuah benda
bergerak , misalnya ketika sebuah buku didorong diatas permukaan meja, gerakan
buku tersebut mengalami hambatan dan akhirya akan berhenti karena terjadi
sebuah gesekan antara permukaan buku dengan udara. Dalam hal ini jika permukaan
suatu benda bergesekan dengan permukaan benda lain, masing-masing benda akan
melakukan gaya gesek antara satu dengan yang lain.
1.2
Tujuan
1).
Menentukan koefisien gesekan statis dan koefisien gesekan kinetis dar dua
permukaan.
2).
Menentukan kecepatan dan percepatan gerak benda pada bidang miring.
BAB II
LANDASAN TEORI
Koefisien
gesekan timbul Karena adanya perpaduan antara dua permukaan, oleh karena itu
dalam melukis vector gaya gesekan selalu ada permukaan yang bertemu. Koefisien
gesekan dibedakan menjadi dua jenis yaitu koefisien gesek statis dan koefisien
gesek kinetis. Koefisien gesek satis adalah koefisien gesek antara dua
permukaan diam, sedangkan koefisien gesek kinetis adalah koefisien gesekan yang
terjadi pada benda-benda yang beradu dimana benda satu bergerak relative
terhadap benda lainnya.
Bila ditinjau dari sifat geraknya maka
kemungkinan harga koefisien statis (µs) adalah µs<µk. Apabila
ditinjau dari sebuah benda pada bidang miring.
Pada saat benda
tepat akan bergerak, maka posisi itu berlaku
∑Fx
= 0 dan ∑Fy=0.
Dengan
meninjau gaya-gaya yang bekerja pada benda maka dapat dibuktikan bahwa
µs=
tan
, dimana
adalah sudut kemiringan bidang terhadap bidang
horizontal. Selanjutnya bila ditinjau saat benda meluncur kebawah maka akan
berlaku :
∑Fx
= m.a dan ∑Fy=0
Dari kedua
syarat di atas dapat dibuktikan bahwa koefisien gesekan kinetis dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan :
µk=
tan
-(2s/t2.gcos
)
keterangan :
(Tim Fisika
Dasar,2015:27)
Permukaan sebuah bena meluncur diatas permukaan beda lain
masing-masing benda akan saling melakukan gaya gesekan, sejajar dengan
permukaan. Gaya gesekan terhadap tiap benda berlawanan arahnya dengan arah
gerakannya relative terhadap benda “lawan ”nya. Jadi jika sebuah balok meluncur
dari kiri ke anan diatas permukaan sebuah meja. Suatu gaya gesek kekiri akan
bekerja terhadap meja. Gaya gesekan juga ada yang bekerja dalam keadaan tidak
terjadi gerakan relatif. Suatu gaya horizontal terhadap sebuah peti berat yang
terletak dilantai mungkin saja tidak cukup besar untuk menggerakkan peti itu.
Karena gaya tersebut terimbangi oleh suatu gaya gesekan yang besarnya sama
dengan berlawanan arah, yang dikerjakan oleh lantai terhadap peti
(Francis,1998).
Gaya gesekan adalah gaya yang timbul
akibat persentuhan langsung antara dua permukaan benda dengan arah berlawanan
terhadap kecenderungan arah gerak benda. Jika sebuah balokyang beratnya w
diletakkan pada bidan datar dan pada balok tidak bekerja gaya luas , maka
besarnya gaya normal (N) sama dengan besar berat (W) sesuai persamaan :
N=W
Keterangan : N=
gaya normal
W : besar berat
Gaya normal
adalah gaya yang ditmbulkan oleh alas bidang dimana benda ditempatkan dan tegak
lurus terhadap bidang itu :
N =
m.g.cos
Sesuai persamaan diatas jika sebuah
benda dengan massanya m , benda pada bidang miring yang lain dengansudut
kemiringan maka besarnya gaya normal (N) sama dengan mgcos
(Zaelani ,2006).
Gaya gesek adalah gaya yang berarah melawan
gerak benda atau arah kecenderungan benda kan bergerak. Benda-benda yang
dimaksud disini tidak harus berbentuk padat, melainkan dapat pula berbentuk
cair ataupun gas. Gaya gesek antara dua benda padat misalnya adalah gaya gesek
statisdan gaya gesek kinetis. Sedangkan antara benda padat dan cair ataupun gas
disebut gaya stokes. Gaya gesek dapat merugian ataupun menguntungkan. Panas
pada proses yang berputar , engsel pintu yang berderit dan sepatu aus adala
contoh kerugian yang disebabkan gaya gesek. Akan tetapi tanpa gaya gesek
manusia tidak dapat berpindah tempat karena gesekan kakinya hanya menggelincir
diatas lantai. Tanpa adanya gaya gesek tidak akan tercipta parasut.
(Giancolli,1998)
Pada gaya gesek terdapat gaya normal yaitu
gaya yag dilakukan benda terhadap benda lain dengan arah tegak lurus bidang
antara permukaan benda. Secara matematika hubungan antara gaya gesek dengan
gaya normal adalah sebagai berikut :
Fs <
µk . N dan Fs > µs . N
Tanda sama
dengan itu menunjukkan bila gaya gesek mencapai maksimum. Besar µk dan µs
tergantung pada sifat permukaan yang saling bergesekan harganya bisa lebih
besar dari suatu yang biasanya lebih kecil (Faradah,1987)
Hukum-hukum tentang gesekan adalah hukum yang berdasarkan
pengalaman. Gesekan suatu benda yang menggelinding diatas permukaan dilawan
oleh gaya yang timbul akibat perubahan bentuk permukaan yang bersinggungan.
Contoh sebuah kubus diam pada suatu bidang miring memiliki sudut, kemudian
diperbesar sudutnya maka kubus akan mulai tergelincir. (Astuti,1997).
Dalam percobaan kali ini akan berlaku hukum newton I dan II. Hukum
newton I menyatakan “setiap benda akan berada dalam keadaan diam atau bergerak
lurus beraturan kecuali jika dipaksa untuk mengubah keadaan ini oleh gaya-gaya
yang berpengaruh padanya”. Sesungguhnya hukum newton ini memberikan pernyataan
tentang kerangka acuan. Pada umumnya percepatan suatu benda bergantung kerangka
acuan mana ia diukur. Hukum ini menyatakan bahwa jika tidak ada benda lain
didekatnya (artinya tidak ada gaya yang bekerja, karena setiap gaya harus
dikaitkan dengan benda dan dengan lingkungannya) maka dapat dicari suatu
keluarga kerangka acuan sehingga suatu partikel tidak mengalami percepatan.(Silaban,sucipto:
1985)
Hukum newton II menyatakan “percepatan yang dialami oleh suatu
benda sebanding dengan besarnya gaya yang bekerja dan berbanding terbalik
dengan massa benda dan a adalah vector percepatannya(Wijaya:2007).
Sebagai contoh adalah saat kita mendorong buku yang berada diatas
meja kemudian dilepaskan. Buku itu akan bergeser dan kemudian bergerak. Menurut
hukum newton II , perubahan gerak ini disebabkan oleh adanya gaya yang arahnya
berlawanan dengan arah gerak buku itu. Kalau gaya itu tidak ada tentulah buku
tidak bergerak beraturan. Menurut hukum newton I gaya gesekan. Pernyataan itu
dapat ditulis sebagai berikut:
Fgesekan = µN
Jika gaya yang kita berikan kecil , gaya gesek statis pun kecil.
Makin besar gaya gesekan statis itu maka makin besar gaya gesekan yang kita
berikan. Benda bergerak kearah gaya yang kita berkan. Benda bergerak kearah
gaya yang kita berikan. Ini berarti gaya gesek tidak dapat bertambah besar
lagi. Gaya gesekan statis mencapai maksimum. Nilai maksimum ini dsebut juga gaya
gesekan (statis maksimum) untuk dua permukaan yang bergesekan. Pada saat gaya
gesekan maksmum benda kan tetap bergerak. (Anonim:2008)
Gaya
gesek selalu bekerja pada permukaan benda padat yang saling bersentuhan ,
sekalipun benda tersebut sangat licin dan permukaan benda juga sangat licin
tetap sangat kasar pada skala mikroskopis. Ketika benda bergerak ,
tonjolan-tonjolan mikroskopis ini mengganggu gerak tersebut. Pada tingkat ataom
tonjolan pada permukaan lainnya , sehingga gaya- gaya listrik diantara atom
dapat membentuk ikatan kimia , sebagai penyatu benda bergerak misalnya ketika
mendorong sebuah buku pada permukaan meja , gerakan buku tersebut mengalami
hambatan dan akhirnya akan berhenti. Hal ini disebabkan oleh pembentukan dan
pelepasan ikatan tersebut. (Giancolli,2001:102)
BAB
III
METODE
KERJA
3.1 Alat dan bahan
·
Papan
luncur 1 buah
·
Balok
kayu 1 buah
·
Mistar
ukur
·
stopwatch
3.2 Prosedur
kerja
·
Menentukan
koefisien gesek statis
a.
Meletakkan
balok kayu diatas papan luncur.
b.
Perlahan-lahan
mengangkat papan luncur sampai balok mencapai posisi dimana balok mencapai
posisi dimana balok tepat akan bergerak. Dihentian pengankatan balok dan
menahan papan luncur pada posisi tersebut.
c.
Mengukur
harga x dan h lalu memasukkannya kedalam tabel data.
d.
Mengulangi
langkah a,b,c dengan harga x yang berbeda-beda.
e.
Kemudian
dhitung koefisien gesek statisnya.
f.
Setelah
itu melaporkan haasil pengamatan yang
diperoleh beserta ketidakpastian mutlak dan ketidakpastian relatifnya.
g.
Menyimpulkan
hasil percobaan yand dilakukan.
·
Menentukan
koefisien gesek kinetis
a.
Meletakkan
balok kayu diatas papan luncur.
b.
Perlahan-lahan
mengangkat papan luncur menghentikannya ketika balok kayu mulai bergerak
meluncur kebawah pada saat itu hidupkan stopwatch dan hentkan stopwatch saat
balok tepat mencapai ujung papan luncur, catat waktu yang diperoleh didalam
kolom data.
c.
Ukur
jarak x,h,dan s pada posisi itu dan mencatat nya pada kolom data.
d.
Mengulangi
langkah a,b,c dengan harga x yang berbeda-beda.
e.
Kemudian
dihitung koefisien gesek kinetisnya.
f.
Setelah
itu melaporkan haasil pengamatan yang
diperoleh beserta ketidakpastian mutlak dan ketidakpastian relatifnya.
g.
Menyimpulkan
hasil percobaan yand dilakukan.
3.4. Analisis Data
1.
Menentukan
koefisien
gesekan statis
a)
Koefisien gesekan
statis masing-masing percobaan
µsn =
tan Ѳ = hn/Xn
b)
Rata
rata koefisien
gesekan statis
µs = Σ µsn/n
c)
Ketidakpastian gesekan
statis
∆ µsn =
ǀ µs - µsn ǀ
d)
Rata
rata ketidakpastian gesekan statis
∆ µs = ∆ µsn / n
e)
Ketidakpastian mutlak
KM =
∆ µs / µs
f)
Ketidakpastian relative
KM =
∆ µs / µs x 100 %
g)
Hasil koefisien
gesekan statis
H = ǀ µs ± ∆ µs ǀ
2.
Menentukan
koefisien
gesekan kinetis
a.
Koefisien gesekan
kinetis masing-masing percobaan
µkn = hn / Xn – 2 sn2 / tn2 – g Xn
b.
Rata
rata koefisien
gesekan kinetis
µk = Σ µkn / n
c.
Ketidakpastian gesekan
statis
∆ µkn =
ǀ µk - µkn ǀ
d.
Rata
rata ketidakpastian gesekan statis
∆ µk = ∆ µkn / n
e.
Ketidakpastian mutlak
KM =
∆ µk / µk
f.
Ketidakpastian relative
KM =
∆ µk / µk x 100 %
g.
Hasil koefisien
gesekan statis
H = ǀ µk ± ∆ µk ǀ
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil dan pembahasan
a) Menentukan koefisien gesekan
statis
|
No
|
X
|
H
|
|
1
|
83 cm = 0,83 m
|
40 cm = 0,40 m
|
|
2
|
83 cm = 0,83 m
|
40 cm = 0,40 m
|
|
3
|
83 cm = 0,83 m
|
40 cm = 0,40 m
|
b) Menentukan koefisien gesekan kinetis
|
No
|
X
|
H
|
s
|
t
|
|
1
|
85 cm = 0,85 m
|
40 cm = 0,40 m
|
90 cm = 0,90 m
|
0,96 s
|
|
2
|
85 cm = 0,85 m
|
40 cm = 0,40 m
|
90 cm = 0,90 m
|
0,96 s
|
|
3
|
85 cm = 0,85 m
|
40 cm = 0,40 m
|
90 cm = 0,90 m
|
0,96 s
|
4.2. Pembahasan
Pada percobaan atau praktikum kali
ini yaitu tentang gesekan. Adapun media yang digunakan adalah papan luncur,
balok kayu, mistar ukur dan stopwatch. Praktikum kali ini bertujuan untuk
menentukan koefisien gesekan statis dan koefisien gesekan kinetis dari dua
permukaan dan juga untuk menentukan kecepatan dan percepatan gerak benda pada
bidang miring. Jadi jelas bahwa pada praktikum kali ini menggunakan bidang
miring. Pada praktikum kali ini dibedakan menjadi dua kali percobaan yaitu :
yang pertama menentukan koefisien gesekan statis dan yang kedua menentukan
koefisien gesekan kinetis. Yang mana setiap percobaan terdiri dari tiga kali
uji coba.
Pada percobaan yang pertama yaitu
menentukan koefisien gesekan statis. Pada percobaan yang pertama ini hanya menentukan posisi saat benda akan bergerak.
Jadi, pada percobaan yang pertama ini hanya menentukan X dan h nya saja. Dari
percobaan yang pertama ini yang dilakukan tiga kali percobaan maka di dapatlah
data sebagai berikut :
-
Rata rata koefisien gesekan statis
-
Rata
rata ketidakpastian gesekan statis
-
Ketidakpastian
mutlak
-
Ketidakpastian
relative
-
Hasil
koefisien gesekan statis
Dari
data diatas dapat dikatakan bahwa data tersebut tidak valid atau tidak akurat
ini bisa dilihat dari x atau panjang bidang miring yang di gunakan pada bidang
itu seharusnya berbeda sesuai dengan prosedur kerja di dalam buku panduan
praktikum fisika dasar tapi kami sewaktu praktikum kemarin menggunakan x atau
panjang bidang miring yang sama, yamh kedua adalah h atau ketinggian bidang
miring itu seharusnya tidak sama semua karena sulit bisa mendapatkan hasil yang
sama ini karena kita menghtung ketinggian bidang miring saat benda akan mulai
bergerak, jadi itu bisa dikatakan mustahil mendapatkan hasil yang sama. Yang
ketiga adalah pada saat praktikum kami menggunakan papan luncur yang manual
jadi pada saat mengangkat bidang miring tersebut pasti ada kesalahan baik itu
disengaja maupun tidak disengaja. Yang terakhir adalah ketidaktelitian pada
saat mengukur baik itu pada saat mengukur panjang (x), maupun mengukur tinggi
(h). jadi dapat kikatakan bahwa data yang dihasilkan itu tidak akurat.
Pada percobaan kedua yaitu
menentukan koefisien gesekan kinetis. Pada percobaan kedua ini baru ditentukan
semua yaitu : x, h, s dan t karena kita mengukur benda dari mulai akan bergerak
sampai ia menuju titik akhir bidang miring. Dari percobaan yang kedua ini
dilakukan 3x percobaan maka didapatkan hasil berikut :
-
Rata rata koefisien gesekan kinetis
-
Rata
rata ketidakpastian gesekan kinetis
-
Ketidakpastian
mutlak
-
Ketidakpastian
relative
-
Hasil
koefisien gesekan kinetis
Dari
data diatas bisa dikatakan bahwa data tersebut lebih sedikit akurat dari pada
data percobaan pertama karena (h) itu sudah bervariasi atau berbeda beda tidak
seperti pertama yang h nya sama. Ini berarti keakuratan data sedikit lebih baik
tetapi masih terdapat kealahan yang membuat data tersebut yang membuat data
tersebut kurang akurat. Yang pertama adalah sama seperti percobaan yang pertama
yaitu kesalahan pada x. pada percobaan yang kedua ini kami tetap menggunakan x
yang sama, jadi ini merupakan salah satu factor yang membuat kurang akuratnya
data tersebut. Yang kedua adalah sama dengan percobaan pertama yaitu pada saat
mengangkat bidang miring yang digunakan, pada saat mengangkat bidang miring itu
pasti ada kesalahan seperti saat menahan bidang miring tersebut pasti ada
kesalahan seperti saat menahan bidang miring pada saat mengukur itu terdapat
gerakan gesaekan jadi ketinggiannya tidak tidak seperti yang seharusnya.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa pada praktikum kali ini tentang gesekan itu
ketidakakuratan atau ketidak validan data yang di dapat itu di sebabkan oleh
factor-faktor berikut :
-
Tidak
membaca buku panduan praktikum saat melakukan praktikum
-
Keadaan
alat yang digunakan pada saat praktikum
-
Ketidaktelitian
pengamat pada saat membaca hasil pengukuran.
-
Ketidaktepatan
pengamat saat menekan stopwatch saat benda mulai bergerak sampai menuju akhir
lintasan atau bidang miring
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
·
bidang
miring merupakan salah satu contoh dari pesawat sederhana
·
permukaan
benda yang meluncur diatas benda lain masing masing akan saling melakukan gaya
gesekan, sejajar dengan permukaan
·
gaya
gesek adalah gaya yang berarah melawan gerak benda atau arah kecenderungan
benda akan bergerak
·
koefisien
gesekan di bedakan menjadi dua jenis yaitu koefisien gesekan statis dan
koefiien gesekan kinetis
·
koefisien
gesekan statis dapat di cari dengan menggunakan rumus :
µsn =
tan Ѳ = hn/Xn
·
koefisien
gesekan kinetis dapat di cari dengan menggunakan rumus :
µkn = hn / Xn – 2 sn2 / tn2 – g Xn
·
harga
koefisien statis adalah µs ≤ µk
5.2.
Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya agar
lebih teliti saat melakukan percobaan yaitu saat mengukur tinggi, panjang
bidang miring, saat menggunakan bidang miring, saat menggunakan stopwatch.
Karena kita menggunakan bidang miring dan stopwatch dengan cara manual.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti,
Asri. 1997. Diktat Fisika Dasar 1. Jember
: universitas jember
Faradah,
Inang. 1987. Fisika jilid 1 edisi ke-3. Jakarta
: erlangga
Francis.
1998. Fisika jilid 2. Jakarta :
erlangga
Giancoli.
1998. Fisika edisi kelima jilid 2. Jakarta
: erlangga
Silaba
dan Sucipto. 1985. fisika dasar jilid 1. Jakarta
: erlangga
Tim
fisika dasar. 2015. Panduan praktikum
fisika dasar 1. Jambi : universitas jambi
Zaelani,
ahmad, dkk. 2006. 1700 bank soal
bimbingan belajar itu berbeda. Bandung
: yrama widya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar